![]() |
Sumber: Dok Pribadi |
Pergumulan Islam dan budaya Jawa melalui pendekatan Islamisasi Jawa dan Jawanisasi Islam masih menyisakan sejumlah persoalan. Melalui proses yang damai tanpa ketegangan dan konflik (Paisun, 2010:1), dalam rentang periode sejarah yang panjang dari generasi ke generasi, Islam sebagai pembawa nilai-nilai budaya baru yang agung, belum mampu menggantikan seluruhnya nilai-nilai budaya lama dibawah religi animisme-dinamisme maupun agama Hindu-Budha. Artinya orang Islam Jawa, pada satu sisi ia taat menjalankan doktrin-doktrin agama Islam, pada sisi lain ia juga taat menjalankan tradisi, ritual, keyakinan, dan nilai-nilai budaya Jawa yang ada kalanya bertentangan atau dilarang dalam ketentuan syari’at Islam (Ahmad Faqih, 2013; 24).
Menurut Simuh (2003: 42), warisan nilai-nilai budaya lama sampai masa transisi menuju modern, ilmu perdukunan dan jampi-jampi semakin semarak. Karena alam pikiran modern baru menyentuh lapisan minoritas kaum terpelajar saja. Parktik-praktik perdukunan dengan segala bentuk ritualnya, masih ditemukan di beberapa daerah di wilayah Jawa. Pada masyarakat perkotaan dan pedesaan, ketergantungan kepada dukun dapat dijumpai untuk memenangkan judi, melancarkan karir dalam berbagai bidang, pergantian kepala desa juga sarat dengan bentuk ritual dari perdukunan. Apalagi bagi masyarakat di daerah pegunungan, dimana masyarakat cenderung memegang tradisi leluhur. Sehingga kecenderungan ini menjadikan masyarakat “berkelamin ganda”. Misalnya, sebagian umat Islam di lereng Gunung Tengger Jawa Timur, masih melakukan ritual adat agama lokal Tengger, praktik perdukunan, dan menjadikan dukun sebagai tokoh panutan dalam hal spiritualitas yang sangat dihormati. Karena masyarakat sangat percaya, dengan kepandaian seorang dukun segala niat, hajat dan permohonan keselamatan bisa disampaikan (Setyo Boedi Oetomo, 2012: 99). Pertanyaan yang relevan diajukan adalah bagaimana strategi dan metode dakwah yang dilakukan saat ini untuk mengurangi atau bahkan menghilangkan praktik-praktik Islam Skrinkretik di masyarakat? Untuk membahasnya, para pembaca bisa menyimak pemaparan dalam presentasi saya berikut ini:
0 Comments